Lets our Reading Be An Ibadah

Reading is not for pleasure
But for knowledge
Knowledge is not for decoration
But for Practice
Practice is not for people
But for ALLAH
So lets our Reading Be An Ibadah

Thursday, September 4, 2008

Pesanan Untuk Akhawat (3) - alMaududi

Tugas ke 3 kewajipan wanita Islam yang sehubungan dengan Dakwah dan Islah ialah dengan menekankan dan mengutamakan usaha-usaha memperbaiki anggota keluarga, sanak saudara dan sesiapa sahaja yang mempunyai hubungan kekerabatan daripada memperbaiki orang lain. Allah mengurniakan zuriat kepada akhwat, kurniaan ini adalah laksana penyerahan kertas-kertas peperiksaan dari Allah. Kalau mereka tidak dapat memperolehi markah secukupnya untuk kertas itu maka sudah pastilah mereka tidak akan dapat memperolehi kejayaan dalam kertas-kertas peperiksaan yang lain. Anak lelaki dan anak perempuan merekalah yang sepatutnya terlebih dahulu mendapat keutamaan dan perhatian. Anak-anak inilah yang sangat-sangat dituntut supaya ibu-ibu membina mereka dengan pendidikan dan akhlaq agama.

Di antara tugas akhwat-akhwat yang sudah berkahwin ialah supaya berusaha mengarahkan suami mereka ke jalan yang benar. Kalau suami telah memilih jalan ini, maka akhwat mestilah membantu mereka. Tugas anak gadis muslim pula setelah memelihara batas-batas akhlaqnya ialah menyampaikan perkataan-perkataan yang benar ini kepada kedua ibubapanya. Dia seharusnya berusaha memberikan kepada kedua mereka bahan-bahan bacaan yang baik berhubungan dengan dakwah. Tugas akhir wanita muslim ialah mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada wanita-wanita di sekelilingnya pada waktu-waktu tertentu selepas menunaikan kewajipan-kewajipan di dalam rumahtangga dengan baik. Ia berkewajipan mengajarkan kepada anak-anak muslim akan prinsip-prinsip asas Islam dan pengajaran-pengajaran pokoknya. Mengajarkan agama kepada wanita-wanita yang jahil tentang agamanya. Menyebarkan bahan-bahan bacaan Islam kepada wanita-wanita yang terpelajar. Mengadakan pertemuan-pertemuan dan menyampaikan ceramah-ceramah agama kepada wanita-wanita lain. Membacakan kitab-kitab yang baik jika tidak mampu berpidato. Ringkasnya, wanita muslim berkewajipan melaksanakan semua jalan yang bersih untuk membenteras kejahilan dan memerangi amalan jahiliyah di kalangan kaumnya.

Tuesday, September 2, 2008

Alhamdulillah

Dalam bahasa Arab, kata yang mengandung arti pujian ada beberapa diantaranya adalah الحمد (alhamdu) dan المَدْحُ (almadhu) serta الشُكْرُ (as-syukru). Namun ketiganya memiliki arti khusus masing-masing dan penggunaannyapun berbeda. Bahasa Indonesia tidak memiliki padanan kata seperti ini, semuanya diartikan sebagai “pujian” kecuali الشكر yang diartikan terima kasih atau syukur.

Karenanya terjemahan ayat “alhamdulillah” dalam Al-Qur’an terjemahan Depag hanya diterjemahkan dengan “Segala puji bagi Allah”. Padahal ada makna yang lebih dalam dan khusus pada kata الحمد yang sebetulnya tidak bisa diterjemahkan dengan “pujian” saja, kurang pas dan kurang membekas pada jiwa.

Makna-makna ketiga kata di atas yaitu:

Makna kata الحمد :
Yaitu pujian yang disertai dengan mahabah (kecintaan) dan pengagungan atas kebaikan dari suatu anugrah kenikmatan, kebaikan yang diberikan oleh seseorang.
الحمد adalah, antum memuji kebaikan seseorang baik pujian itu ditujukan untuk sifat-sifat baiknya seperti ilmunya yang mendalam, kesabarannya, kasih sayangnya pada sesama atau pujian atas pemberiannya kepada orang lain, seperti sedekah, pertolongan dll. Dan pujian الحمد hanya boleh disandangkan pada sesuatu yang hidup dan berakal. Walhasil pujian الحمد tidak boleh diberikan kepada patung, mayat ataupun hewan.

Makna kata المَدْحُ :
Yaitu pujian yang diberikan kepada seseorang baik orang itu telah melakukan kebaikan atau tidak.
Pujian المَدْحُ dapat diberikan pada benda mati atau makhluk hiudp yang berakal. Jadi dengan المَدْحُ kita bisa memuji mayit, pohon, atau hewan.

Makna kata الشكر:
Pujian الشكر hanya diberikan pada suatu anugrah atau kenikmatan yang diberikan oleh seseorang dan الشكر hanya diberikan atas perbuatan baik seseorang (perbuatannya) bukan atas sifat-sifat baiknya.
Seseorang memberi kita makanan, maka kita memberi الشكر padanya, pada perbuatannya. Dalam bahasa kita diartikan sebagai syukur atau terima kasih. Ucapan terima kasih diucapkan atas perbuatan baik seseorang bukan pada sifat seseorang.
Jadi jika kita berterima kasih pada perbuatan baik seseorang kita ucapkan pujian الشكر padanya dan kita ucapkan pujian الحمد pada sifat-sifatnya yang mulia.
Kata الحمد dan الشكر maknanya sangat berdekatan tetapi الحمد lebih unggul karena pujiannya ditujukan pada perbuatan dan sifat seseorang sedangkan الشكر hanya pada perbuatannya saja.

Perbedaan antara المَدْحُ , الشكر dan الحمد :
الحمد
1. Hanya diberikan kepada perbuatan baik seseorang atau pada sifat-sifat mulia (perbuatan dan sifat)
2. Hanya diberikan kepada yang hidup dan berakal
3. Pengucapan pujiannya mengandung mahabah

الشكر
1. Hanya diberikan kepada perbuatan baik seseorang (perbuatan saja, sifatnya belum tentu)
2. Hanya diberikan kepada yang hidup dan berakal
3. Pengucapan pujiannya mengandung mahabah

المَدْحُ
1. Boleh diberikan kepada seseorang yang telah berbuat baik atau tidak atau seseorang yang jelek akhlaknya

2. Umum, boleh diberikan kepada sesuatu yang mati dan tidak berakal
3. Tidak mengandung mahabah

Dari perbedaan ini jelaslah jika kata الحمد lebih unggul dan lebih mulia maknanya, karena itu Rasulullah saw mencela orang yang memuji dengan المَدْحُ dalam sabdanya:

احثوا التراب في وجه المداحين

“Lemparkanlah tanah pada wajah المداحين (isim fa’il jama’ mudzkar artinya para pemuji yang memuji dengan المدح )”.

المداحين dalam bahasa Indonesia bisa diartikan penjilat sebab mereka memuji seseorang tanpa memandang entah orang itu telah berbuat kebaikan atau tidak, entah memang pantas dipuji karena memiliki sifat-sifat yang mulia atau tidak dan mereka memujinya tanpa ada rasa mahabah.

Sebaliknya orang yang memuji dengan الحمد malahan terpuji, beliau bersabda;

من لم يحمد الناس لم يحمد الله

“Barangsiapa yang tidak memuji manusia dengan pujian الحمد maka Allah juga tidak akan memujinya dengan pujian الحمد”.

Nah sekarang kita mengetahui bahwa kalimat الحمد لله pada surat Al-Fatihah dan terdapat pada surat-surat lainnya mengandung makna sangat mendalam dan apik, yaitu:

++++++++++
Pujian bagi Allah dengan pujian yang menyatakan bahwa Allah itu hidup kekal abadi dan bagi-Nya sifat-sifat yang mulia serta perbuatan-Nya juga mulia. Maka kita memuji-Nya dengan pujian الحمد pada sifat-sifat- Nya, perbuatan-Nya dan nikmat-nikmatnya.
+++++++++++

Lalu bagaimana jika ayatnya bukan الحمد لله tetapi المدح لله ? Maka, ini pernyataan bahwa Allah memiliki sifat-sifat dan perbuatan yang tidak baik, Maha Suci Allah dari semua ini. Karena itu المَدْحُ tidak boleh diberikan kepada Allah Jalajallah.

Akhir kata jelaslah bagi kita pentingnya memahami ma’ani Al-Qur’an. Seluruh kata dan susunan kalimatnya bukan sembarangan. Bila kita buta bahasa Arab maka tentulah bisa dipastikan kita hanya akan meperoleh terjemahan yang apa adanya yang kurang mewakili makna sesungguhnya yang diinginkan dan kurang meresap dalam qolbu.

Posted by: "S Budi" s_budi@rocketmail.com hs_budi